Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke Facebook
Kabar Kalsel - Feri Sungai Puting dan Feri Kaladan adalah dua alternatif penyeberangan yang menjadi pilihan masyarkat Kalsel pengguna kendaraan roda dua yang hendak bepergian menuju daerah Tapin, HSS, HST, HSU dan sebagainya dari Daerah Marahaban dan sekitarnya ataupun sebaliknya. Maklum, jarak dan waktu tempuh melalui jalan ini jauh lebih singkat ketimbang harus melalui jalan provinsi yaitu Banjarmasin - Banjarbaru - Martapura dan seterusnya.
Suasana Feri Penyebrangan (tanpa sistem antrian) |
Umumnya warga yang sering menggunakan jasa kapal ferry penyeberangan ini berasal dari kawasan di sekitar Margasari dan Marabahan. Namun pada waktu tertentu terutama pada saat menjelang atau sesudah Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, Feri ini sangat ramai tidak hanya digunakan oleh warga sekitar dua daerah tersebut tetapi juga masyarakat dari daerah Kalimantan Tengah (Anjir, Kapuas dan sektiarnya) serta warga "Banua Anam".
Antrian Feri Penyeberangan Sungai Puting Saat Hari Raya Idul Fitri |
Sayangnya kedua feri penyeberangan ini terkesan minim perhatian dan dikeluhkan banyak pengguna khususnya saat-saat menjelang mudik dan arus balik. Keluhan tersebut lantaran jumlah armada yang terbatas dan kapasitas yang sangat minim. Untuk feri Sungai Puting misalnya meski ada 2 armada namun yang optimal beroperasi hanya satu itupun kondisinya cukup parah dengan kapasitas hanya sekitar 6-8 sepeda motor. Dengan waktu bongkar muat kurang lebih 8-10 menit dan waktu menyeberang kurang dari 5 menit. Sedangkan untuk Fery Kaladan dengan jarak tempuh yang lebih jauh hanya ada 2 armada dengan jumlah kapasitas total hanya sekitar 18 sepeda motor. Sehingga pada saat lalu lintas ramai seperti menjelang hari raya penumpukan antrianpun kendaraan yang ingin menyeberangpun tak terhindarkan.
Dua Armada Feri Penyebrangan Kaladan |
Pelayanan dan sistem antrianpun tak luput menjadi hal yang dikeluhkan warga, hampir tidak terlihat ada petugas yang mengatur sistem antrian baik di feri Sungai Puting maupun feri Kaladan sehingga suasana antrian menjadi semrawut dan jejal. Cekcok atau perang mulut antar pengantri yang merasa diserobotpun kerap tak terhindarkan, bahkan menurut penuturan warga sekitar tahun 2012 lalu sempat terjadi perkelahian karena hal serupa di feri Kaladan, sedangkan di Feri Sungai Puting, sebuah sepeda motor terjatuh ke sungai lantaran saling jejal untuk masuk ke kapal feri.
Sebenarnya jika dikelola dengan baik kedua titik penyeberangan ini bisa menjadi penghasilan tambahan baik masyarakat maupun pemasukan bagi pemerintah daerah. Terlebih saat ini pembangunan jalan lintas kabupaten ini terus diupayakan dan hanya menyisakan beberapa kilometer yang kondisinya masih dalam tahap pengerasan. Pembangunan dermaga yang layak, sistem tiket atau karcis, dan petugas pengatur antrian adalah harapan pengguna kedua jasa penyeberangan ini agar di masa berikutnya setiap pengendara yang melewati jalan Marabahan dan Tapin ini bisa melintas dengan lebih aman dan nyaman.
Jika hal tersebut terwujud, terlebih jalan-jalan tersebut telah 100% rampung maka tidak mustahil, setiap warga bahkan dari Kapuas, atau Palangkaraya yang ingin menuju Kabupaten Tapin dan"Banua Anam" akan lebih memilih jalur Marabahan-Tapin.
Posted in: Info Jalan,Kabar Banua
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan, isi komentar menjadi tanggung jawab individu yang bersangkutan.