Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke Facebook
Kabar Kalsel - Tradisi panjat pinang atau dalam bahasa banjar "naik pinang" di Kalimantan Selatan kini terasa sudah mulai pudar. Hal tersebut terlihat dari semakin sedikitnya daerah yang menggelar acara yang biasa dilaksanakan untuk perayaan hari kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Padahal beberapa tahun silam, kegiatan seperti ini merupakan acara rutin yang dihelat setiap tahunnya.
Panjat Pinang (Ilustrasi) foto |
Alasan pudarnya tradisi panjat pinang menyambut HUT RI tersebut bermacam-macam, diantaranya adalah karena sulitnya mencari pohon pinang yang merupakan komponen utama penyelenggaraan panjat pinang, kurangnya antusias peserta, hingga sulitnya mencari donatur. Beberapa alasan tersebut juga diungkapkan oleh salah satu peserta panjat pinang tahunan Usup, di Handil Bakti. "Saat ini susah mencari pohon pinang, kalaupun ada harus beli dan cukup mahal, belum lagi untuk keperluan hadiah lomba makanya hanya beberapa daerah yang memiliki donatur tetap yang melaksanakan" ujarnya.
Panjat Pinang sebenarnya tidak hanya dilakukan saat menjelang 17 Agustus-an, di beberapa daerah seperti Rantau, Hulu Sungai dan Tanjung tradisi ini kadang juga digelar di Hari Raya usai shalat Idul Fitri. Selain untuk hiburan, dengan adanya kegiatan ini bisa mempererat silaturahim dan sering dimanfaatkan sebagai ajang maaf-maafan warga sembari menonton kegiatan tersebut.
Meski demikian, beberapa daerah tetap menggelar acara ini tiap tahunnya. Kegiatan ini masih bisa di jumpai di desa-desa yang suasana kekeluargaannya masih kental. Di Banjarmasin kegiatan seperti ini bisa ditemui misalnya di daerah Keramat dan Kuin serta beberapa daerah lainnya.
Posted in: Kabar Banua
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan, isi komentar menjadi tanggung jawab individu yang bersangkutan.